Label

Rabu, 13 Mei 2015

MUNGKIN SELAMANYA (cerita bareng Rois Agus Setiawan) => gagal terbit





 Ketika liburan kuliah, aku pun pulang ketanah air tempatku dilahirkan dan dibesarkan. Pesawat yang menemaniku kembali perasaan rindu akan keluarga dan teman lamaku telah mendarat dibandara SOETA Indonesia, Setelah semua barang telah aku kemasi dari bagasi, dengan perasaan penuh kebahagiaan bisa kembali. Akupun bergegas menuju parkiran taksi yang aku naiki.
“Gil…Ragil.!” Suara yang tiba-tiba terdengar oleh telinga, mengagetkanku yang sedang berjalan dengan diiringi suara pantovelku. Sepertinya aku mengenal suaranya gusar dalam hatiku. Setelah aku menolehkan kepalaku kea rah dimana suara itu berasal, aku langsung berlari menuju seorang laki-laki yang keliatannya sedari tadi manggil-manggil namaku itu.  Kami langsung saling memeluk beberapa detik lamanya karena rasa rindu akan sahabat yang tertahan begitu lamanya bisa kami lepaskan tanpa kami duga. “Assalamu alaikum ya ahlul yaman.!” Kataku dengan penuh tawa rindu setelah melepaskan pelukanku. “Waalaikum salam ya akhi..” Jawabnya sambil tertawa juga.”Wah ray gimana kabaru setelah diyaman sana? Kelihatannya tambah subursaja ya..!” tanyaku. Lalu dengan menynggingkan bibirnya “ya alhamdulilah lah disana aku menikmati. Lah kamu gimana di Malaysia enak kan?” tanyanya kembali “ya aslinya sih biasa saja, Cuma teman-temanya saja yang beda. Lebih luas jangkauannya dan mereka asyik semua. Solidnya juga tinggi.Eh, teman lama juga banyak sih, jadi ya tambah seru” jawabku. ‘Teman lama? temen apa temen gil?” godanya “ya teman lah,emang apa? Eh, cari tempat duduk dulu yuk!” tanggapku sambil mengalihkanperhatiannya mengajak untuk duduk dikantin bandara. Sambil berjalan, aku memikirkan apaobrolan yang pas diobrolin dengan ray nanti setelah duduk supaya dia tidak ngelanjutin godaannya tadi. Satu menit kemudian, aku dan ray sudah duduk ditemani duabuah roti boy dan dua cangkir kopi belanda. “Eh gil, kamu gimana sama si dia? Dia juga dimalaysia kan? Jedeerr.. Pertanyaan yang membuatku kaget dan bingung harus dijawab apa. Aku cumaterdiam memandang pemandangan padat bandara soekarno-hatta, sampai suara roy memecahkan telingaku “Gil..ragil…kamu kenapa ko bengong?” “Oh sorry roy sorry..” sadarku dari melamun tadi “oh nggak papa, aku juga minta maaf kalau pertanyaanku ganggu pikiranmu!” Lanjutnya merasa bersalah.” Enggak kok enggak..aku Cuma lagi mengenang masa lalu kita dulu..kayaknya lucu deh..!” setelah itu kami saling memandang lalu tertawa. Terkenang-kenang bersama.
***
6 TAHUN YANG LALU..2012
“Nama kamu siapa?” Sambil berjabat tangan dengannya. “ Aku ray Al-Gaffar, panggil saja ray. Kamu?” masih berjabat tangan. “Ragil, tanpa nama panjang, jadi ya Cuma rigil saja. Kamu dari lampung ya?” tebakku karena disebelahnya ada kasur bertulisan “ROY LAMPUNG”. “Iya lampung. Kmu dari mana?” Tanyanya. “Aku dari tegal” sambil melepas jabatan tangannya. Semenjak perkenalan itu pertemananku dengan ray semakin dekat saja. Walaupun kelas kami berbeda, kami sering sekali mengobrol tentang apapun. Tentang masa SMP ku atau masa SMP nya, tentang mimpi-mimpi kami besok dimasa depan setelah lulus SMA, dan masih banyak lagi. Oh ya, setelah lulus SMA, aku bercita-cita untuk meneruskan kuliah di universitas Al-Ahgaff yaman, dan ray ingin keluar negri juga namun ayahnya yang tidak mengizinkan untuk pergi jauh dari keluarga karena memang ray adalah anak laki-laki satu-satunya. Akhirnya ray ingin kuliah didalam negri saja. Sesungguhnya itulah sedikit hasil obrolan kami setiap hari. Kami juga terkadang sampai tidak ingin tidur siang, kami lebih memilih ngobrol sampai bunyinya bel bangung tidur. Sejauh itu, terkadang kami saling bercerita tentang siapa yang kami sukai,ya perempuanlah pastinya. Ketika itu aku suka bercerita tentang Tasya. Ya, Renatasya Az-Zahra nama lengkapnya. Seorang perempuan muslimah cantik dan solihah yang aku sukai. Begitu juga ray yang suka dengan seorang perempuan yang bernama Nadia Septiana Putri. Nadia adalah temannya ketika SMP dulu, jadi aku tidak pernah melihat Nadia itu seperti apa. Berbeda dengan Tasya, ray mengetahui seperti apa Tasya itu. Karena memang aku, ray, dan tasya satu sekolahan. Hanya kelas kami yang berbeda. Seiring berjalannya waktu, aku dan ray masih seperti biasa,suka mengobrol walaupun rasanya sudah tidak ada lagi topic yang kami obrolkan. Jadi apapun itu, penting atau tidak, kami selalu membicarakannya.
***
Ditengah-tengah keramaian Bandar udara soekarno-hatta tak terasa roti boy dan kopi belanda telah kami habiskan. Namun, perut kami berdua masih terasa lapar sekali karena mungkin perjalanan sangatlah melelahkan dan kami ternyata sama-sma belum memakan apapun didalam pesawat tadi. “Ray  kayaknya kalau kita ke KFC enak deh?” ajakku. “Lah itu.. aku juga masih laper nih.. ayo..1” jawabnya. 5 menit kemudian kami sudah dihadapkan dengan 2 bulgogi chicken khas KFc itu. “ Eh Ray gimana belajar kamu di universitas yaman sana? Metodenya gimana sih?” tanyaku memecahkan suasana. “Ya ternyata sama persis seperti apa yang diceritakan kaka kelas kita dulu, ada hafalan dan pemahaman gitu” “kalau bahasanya gimana?” tanyaku lagi. “ Ya waktu awal sih susah dan kaku, tapi karena sudah lama dan setiap hari yang didengerin juga bahasa sana jadi sudah terbiasa, tapi susah juga, benar apa kata guru matematika kita dulu.” Jelasnya.“Wah kata mutiara apa itu ray? Barangkali aku juga pernah dengar?” tanyaku lagi karena kami dulu tak pernah satu kelas. “Ituloh membiasakan sesuatu itu butuh proses. Sekali, berkali-kali, kebiasaan, karakter, dan wtak. Pernah denger tidak?” “Wah, kayaknya aku nggak pernah dengar deh hehe. Berarti ceritanya sekarang sudah menjadi watak nih?” Candaku. “Hahaha..tapi nggak gampang loh ! Susah banget malahan.” Sambil memegangi sendok makannya. “Ya itulah namanya belajar ray.. kan la tarum ilman wa tatruka Al-Ta’ab imrithinya !” Sahutku. “Seperti perkataannya imam syafi’I mencari ilmu tanpa adanya kesusahan itu nggak nikmat, makannya aku masih menikmati belajar disana. Lah kamu gimana metode dimalay?” Ganti aku yang ditannyai olehnya.. “Ya kalau dimalaysia sih sama kaya di indobesia ray. Aku lebih suka berorganisasi” jawabku singkat. “Emang kamu ikut organisasi apa saja?” tanyanya lagi. “Wah banyak ray.. ada Qori’ , fotografi, kesenian lain dan masih banyak lagi. Pokoknya aku suka semuannya Ray” Jawabku lagi “Wah padet banget dong berarti ya?“ “ iya lumayan juga sih.” ”Oh iya si tasya gimana kabarnya?” tanyanya membuatku binging harus menjawab apa.
***
5 TAHUN YANG LALU…
“ Eh gil, Tasya itu yang mana?” Tanya ray. “Ituloh yang kanan” Sambil telunjukku mengarah pada seorang perempuan yang sedang berjalan khusyu bersama temannya selepas sholat jama’ah ashar dan akan menghadiri acara jamiyyah kubro jum at sore di aula pondok kami. “Oh yang itu?” tanyanya memastikan “Iya yang itu” jawabku. “Dari jalannya ketiatannya pendiem ya?” Tanya ray “ Hem. Gak tau juga ray” Gumamku sekenanya.
3 Minggu setelah aku menunjukkan Tasya kepada ray. Kami mengobrol seperti biasannya. Namun, kali ini agak berbeda. Teman-teman kami yang lain melihat sambil menggoda kami.” Cie..Cie..ada persaingan secara sehat nih?” Sorak teman-teman kami sambil tertawa semuanya. Sungguh kami tak paham apa maksud mereka. Kami tetap melanjutkan obrolan kami siang itu. “Ray kira-kira besok kalau sudah lulus kita bisa ngobrol kayak gini lagi nggak ya? “ tanyaku “Ya harus bisa dong! Walaupun kamudiyaman sana” “Amin.. ya kalau jadi diyaman ray! Kalau jadinhya aku bareng sama kamu kamu diindonesia gimana?” Shut lagi. “Ya harus bisa ke yaman dong! Kan yang penting semangat, iya nggak?” Semangat ray untukku. “Iya ray semangat! Oh ya janji ya bisa ngobrol lagi besok lalau sudah lulus?” Sambil kuulurkan kelingkingku ke arahnya “ Iya deh janji!” Kelingking kami berdua pun mengikat, tanda kami saling janji. Tapi, belum luluspun janji kamiseakan-akan telah terpendam dan tak pernah tampak lagi. Namun masih ada dan tak pernah hilang. Aku benar benar tak tahu kenapa setiap aku akan bercerita dengan ray seperti ada seseorang yang menghalangiku entah siapa. Rasanya ray juga merasakan hal yang sama . Setiap aku menyapanya pasti ada suara ledekan-ledekan seperti “Kalian hebat banget sih? Saingan tapi tetap akur-akur saja!” atau”Good rival! Goog rival!”. Aku belum bisa mengerti apa maksud merekasemua. Aku tahu itu hanya guyon saja . Tapi, setidaknya itulah yang selama ini aku rasa tidak enak. Begitu juga ray. Apa yang dirasakan sama sepertiku. Sampai suatu sat pernah terbesit dalma pikiran ku “ Apa emang ray suka sama tasya setelah aku tunjukin ke dia ya?”
***
Pengumuman kelulusan pun telah keluar. Aku bersama teman-teman dinyatakan lulus 100%. Sekarang keasibukkan kami adalah belajar untuk mempersiapkan diri untuk melancarkan rencana masing-masing akan melanjutkan kemana. Aku yang awalnya ingin ke yaman  berbelok arah . Aku ingin melanjutkan kuliah dimalaysia. Karena setidaknyaitulah hasil istikhorohku. Dan ray entah mengapa diamelanjutkan kuliah di Yaman. Aku tidak tahu menahu lagi tentang ray karena memang akudan ray tidak seperti dulu, tak pernah ada acara ngobrol sampai nggak tidur lagi. Ah kenapa harus gini sih? Sampai akau akan keluarpun aku tidak beraniuntuk mengawal lagi bersahabatan yang tertunda ini. Begitu jug array. Dia masih bungkam denganku. Akupun masih bingung dan tak tahu mengapa aku dan ray dikata sebagai saingan. Aku hanya bisa menunggu waktu yang menjawab. Satu bulan setelah perpisahan kelulusan kami, aku mendengar kabar bahwa ray sudah berada diyaman, dan aku sendiri menjadi seorang mahasiswwadinegara tetangga. Tasya sama seperti ah aku tak pernah menghubungi lagi. Mungkin dia juga sudah melupakan aku.. ah sudahlah.
***
“Eh gil gimana kabarnya Tasya? Kok malah diem?” suaranya membuyarkan lamunanku
“oh iya rao,aku nggak tau juga pastinya, tapi akun twitternya masih aktif ko’.”jawabku. Iya akun twitternya setiap hari berkicau terus,itu yang buat aku tahukalau dia baik-baik saja. Karena setiap hari aku selalu mengecek akun twitternya untuk sekedar mengabarai rasa rinduku dengan Tasya.”Loh emang kalian sekarang nggaka da komunikasi lagi?”Tanyanya. “iya begitula. Aku soih kangen sama dia ray. Rasanya gak ada yang bisa gantiin posisi dia, tapi lupain sajalah, aku sudah cukup senag bisa ngobrol lagi sama kamu, berarti kita nggak saling ingkar janji. Kita dulu kan? ingget ngga?” Sambungku. “ Hahah iya Gil inget kok, aku juga senagwalaupun pernah tertunda”tutupnya. Kami pun memeluk satu sama lain . Berharap persahabatan kami taka akn pernah luntur oleh apapun. Dan tak terjadi seperti dulu lagi.

Sahabat adalah satu-satunya kenangan yang taka akan pernah hilang. Jadi bersahabatlah selagi masih bisa dan belum terlambat. Halanagan apapun hilangkan!.

Diambil dari sebagian kisah nyata dan yang belum menjadi kenyataan semoga saja bisa menjadi kenyataan dimasa depan amin..

Tidak ada komentar: